Friday 6 December 2013

Apa betul orang Singapore tidak suka menolong strangers?

Ada artikel di surat kabar My Paper tanggal 4 Desember 2013 yang cukup menggelitik saya. Judulnya "Sorry, stranger, cant help you".

Negara Singapore terkenal dengan masyarakatnya yang sangat individualist. Budaya kiasu dan kiasi pun adalah bagian yang integral di kehidupan orang-orang sini.

Tidak sedikit orang-orang yang enggan memberi tempat duduk di transportasi umum seperti MRT dan bus untuk mereka yang membutuhkannya.

Pemerintah Singapore sendiri harus turun tangan berkampanye hidup baik untuk masyarakatnya. Sangatlah ironis, di surat kabar ini di halaman satu berbicara tentang perilaku sosialisasi masyarakatnya dan di halaman sebelahnya berbicara tentang bagaimana para murid Singapore yang mencetak nilai kilau gemilang di bagian akademis.

Seberapa parahnya sih daya sosialisasi orang-orang di sini?

Dari 135 Negara yang di survey oleh British Organisation Charities Aid Foundation untuk World Giving Index, Singapore ada di kedua paling bawah sebelum Cambodia. Survey ini dilakukan dengan cara mengukur masyarakatnya di tiga point:

1) kemauan mereka menolong orang yang tidak dikenal (#134/135).
2) kemauan membagi waktu untuk volunteer
3) kemauan untuk mendonasikan uang

Overall ranking nya adalah 64/135.

Kabar baiknya Indonesia berada di ranking 17/135.

Saya melihat Thailand, Philipines, Myanmar berada di atas Singapore padahal Negara-Negara ini lebih miskin dan penduduknya banyak yang berpendidikan rendah.

Apakah pendidikan tinggi telah merubah kita menjadi egois? Terkadang saya bingung.

No comments:

Post a Comment